Hai Sahabat Pustaka
Sambat merupakan sebuah ungkapan keluh kesah yang biasanya muncul saat mengerjakan suatu pekerjaan secara sendirian, untuk meringankan pekerjaan maka dibantu dengan cara mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dan timbul kebiasaan untuk bergotong royong dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kebiasaan sambat kegiatan kerja sama yang umumnya ada pada masyarakat pedesaan di jawa. Sambatan merupakan bagian dari bentuk sistem tolong menolong yang pada dasarnya tidak ada sistem upah pada pelaksanaan kerjanya. Tolong menolong dalam masyarakat desa telah menjadi kebiasaan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat di desa, dengan masyarakat yang saling tolong menolong diharapkan ikatan persaudaraan dalam masyarakat akan semakin erat dan niscaya kerukunan akan tercipta. Sehingga kegiatan tolong menolong besar manfaatnya bagi kehidupan masyarakat pedesaan. Modernisasi membawa dampak bagi kehidupan masyarakat saat ini, tuntutan terhadap spesialisasi pekerjaan yang menuntut keahlian membuat masyarakat berlombalomba untuk mendapatkan gelar ahli. Hal tersebut berdampak pada sistem tolong. menolong dan sistem kerja sama gotong royong pada masyarakat pedesaan. Dengan adanya tenaga ahli yang merambah pada kehidupan masyarakat saat ini secara tidak langsung melunturkan rasa untuk saling tolong menolong dan bergotong royong dalam masyarakat, dan hal tersebut digantikan dengan hadirnya tenaga ahli yang dibayar untuk keahlianya tersebut. Masyarakat desa yang tadinya saling tolong menolong dan bergotong royong untuk menggerjakan sesuatu, seperti membangun rumah, acara pesta dll, dengan adanya modernisasi yang melahirkan tenaga ahli, ada sebuah pemikiran bahwa pekerjaan yang menggunakan tenaga ahli akan lebih cepat dan lebih baik jika dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan dengan tolong menolong ataupun gotong royong. Sehingga hal tersebut dikhawatirkan akan menghilangkan eksistensi dari kegiatan tolong menolong seperti sambatan.
Pada masyarakat jawa sering kali kita mendengar kata gotong royong. Didalam pengertianya, gotong royong dibagi menjadi dua macam yaitu gotong royong “tolong-menolong” dan gotong royong “kerja bakti”. Diantara keduanya mempunyai pengertian yang berbeda, dimana gotong royong “tolong-menolong” adalah kegiatan bersama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu yang dianggap berguna bagi kepentingan individu tertentu. Sedangkan gotong royong “kerja bakti” ialah kegiatan kerjasama untuk menyelesaikan suatu proyek tertentu yang dianggap berguna bagi kepentingan umum. Pengertian sambatan yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat merupakan kegiatan “tolong-menolong” dalam hal pertanian, tetapi pada masyarakat yang akan diteliti mengungkapkan bahwa kegiatan sambatan adalah kegiatan tolongmenolong dengan meminta bantuan warga masyarakat, dimana yang diminta adalah jiwa dan tenaganya untuk membantu orang yang meminta bantuan dimana tenaga sambatan merupakan tenaga sukarela dan tidak dibayar.
Sambatan tidak dikategorikan sebagai kegiatan gotong royong kerja bakti karena sambatan merupakan kegiatan gotong royong “tolong menolong” untuk menyelesaikan kegiatan tertentu yang berguna bagi kepentingan individu tertentu. Sambatan merupakan bentuk dari solidaritas masyarakat yang menunjukkan bagaimana kepedulian masyarakat terhadap warga masyarakat lainya yang saling peduli dan saling tolong menolong. Adanya perubahan pada kegiatan sambatan juga tak luput dari pengaruh modernisasi yang merambah pada tingkat pedesaan. Secara tidak langsung adanya modernisasi telah mempengaruhi kegiatan kerja sama sambatan, yang mana dulu masyarakat saling membantu karena mereka saling peduli dan dalam kegiatan sambatan tidak menuntut untuk mempunyai keahlian tertentu yang terpenting adalah kebersamaan dan solidaritas pada masyarakat. Tetapi adanya modernisasi telah merubah perilaku masyarakat, adanya tenaga ahli dan adanya sistem pengupahan menjadi kebiasaan untuk diterapkan dalam masyarakat, tidak terkecuali pada kegiatan Sambatan. Seiring berkembangnya jaman, tenaga ahli semakin beragam dapat ditemukan, hal tersebut semakin lama dikhawatirkan akan mempengaruhi kegitan dalam bentuk kerja sama seperti kegiatan sambatan. Dan tidak menutup kemungkinan tenaga ahli juga dapat ditemukan dengan mudah di daerah pedesaan. Sehingga dikhawatirkan kegiatan sambatan ini mulai ditinggalkan masyarakat, dan mempengaruhi solidaritas masyarakat desa yang pada umumnya solid.
Tulisan-tulisan mengenai konsep gotong-royong di indonesia pada masa kini pada umunya menggunakan definisi yang telah diungkapkan oleh Koentjaraningrat. Dalam tulisanya Koentjaraningrat (2000) juga menjabarkan tentang arti sambatan, yaitu istilah sambatan itu berasal dari kata sambat, artinya “minta bantuan”. Menariknya istilah ini sama dengan istilah dalam bahasa jerman bitarbeit, yang artinya “pekerjaan bantuan yang diminta” (dari kata bitten = minta) dimana aktivitas gotong royong seperti ini juga, sekiranya pada setengah abad yang lalu masih juga dilakukan didaerah pedesaan di Jerman. Masyarakat pedesaan yang diteliti oleh penulis dalam pra penelitian mengungkapkan bahwa kurang lebih sama dengan pengertian yang telah disampaikan oleh Koentjaraningrat. Bahwa sambatan adalah kegiatan tolong menolong dalam hal tenaga bantuan yang tidak disewa tetapi diminta. Bukan lagi dalam hal pertanian, tapi kegiatan sambatan ini dapat dijumpai seperti dalam kegiatan tolong menolong membangun rumah warga masyarakat setempat dan mengganti atap rumah atau bisa juga dapat dijumpai pada kegiatan membantu warga menggali sumur, kegitan tersebut lazimnya oleh masyarakat desa ini disebut dengan kegiatan Sambatan.
Dalam hal ini sambatan dipahami sebagai kegiatan tolong menolong dengan meminta bantuan, dimana tenaga yang diminta tidak dibayar. Kemudian dapat disimpulkan bahwa sambatan merupakan kegiatan tolong menolong dalam hal tenaga bantuan yang tidak disewa tetapi diminta. Dan kegiatan sambatan tersebut oleh masyarakat diartikan berbeda, memang sama dalam hal tenaga bantuan yang tidak disewa/dibayar tetapi tidak dalam hal pertanian saja melainkan pada kegiatan membangun rumah, mengganti atap rumah atau bisa juga dalam hal menggali sumur warga. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang menjadi inti dari kegiatan sambatan tersebut merupakan kegiatan tolong-menolong dengan meminta bantuan warga masyarakat, dimana yang diminta adalah jiwa dan tenaganya untuk membantu orang yang meminta bantuan. Tenaga sambatan merupakan tenaga sukarela dan tidak dibayar. Dan inilah yang menjadi inti kegitan sambatan tersebut.
Untuk membaca dokumen mengenai budaya sambatan di era modernisasi secara utuh, sahabat pustaka dapat mengunduhnya di bawah ini. Selamat membaca 😉