Hai Sahabat Pustaka !
Pada artikel ini akan membahas tentang buku Peradaban Islam yang ditulis oleh Dr. Mustafa As-Siba’i, yuk simak bersama.
Perbandingan Peradaban Islam dan Eropa Abad Pertengahan
Kalau kita masuk mesin waktu menuju abad pertengahan seperti abad ke-10 Masehi (ke-4 Hijriah) dan terbang menyusuri kota-kota dunia Islam dan kota-kota dunia Barat, kita akan terkaget-kaget melihat perbedaan besar antara kedua dunia itu. Anda akan tercengang melihat sebuah dunia yang penuh dengan kehidupan, kekuatan dan peradaban, yakni dunia Islam, dan sebuah dunia lain yang primitif, sama sekali tidak ada kesan kehidupan, ilmu pengetahuan dan peradaban yakni dunia Barat. Marilah kini kita bandingkan kota-kota di dunia itu. Kita mulai dengan dunia Barat untuk melihat bagaimana penghidupan penduduknya, keluasan kota-kotanya dan martabat orang-orangnya.
1. Keadaan dunia Eropa yang Primitif
Dalam buku sejarah umum karya Lavis dan Rambou dijelaskan bahwa Inggris Anglo-Saxon pada abad ke-7 M hingga sesudah abad ke-10 M merupakan negeri yang tandus, terisolir, kumuh dan liar. Rumah-rumah dibangun dengan batu kasar tidak dipahat dan diperkuat dengan tanah halus. Rumah-rumahnya dibangun di dataran rendah. Rumah-rumah itu berpintu sempit, tidak terkunci kokoh dan dinding serta temboknya tidak berjendela. Wabahwabah penyakit berulang-ulang berjangkit menimpa binatang-binatang ternak yang merupakan sumber penghidupan satu-satunya. Tempat kediaman dan keamanan manusia tidak lebih baik dari hewan. Kepala suku tinggal di gubuknya bersama keluarga, pelayan dan orang-orang yang punya hubungan dengannya. Mereka berkumpul di sebuah ruangan besar. Di bagian tengahnya terdapat tungku yang asapnya mengepul lewat lobang tembus yang menganga di langit-langit.
Mereka semua makan di satu meja. Majikan dan isterinya duduk di salah satu ujung meja. Sendok dan garpu belum dikenal dan gelas-gelas mempunyai huruf di bagian bawahnya. Setiap orang yang makan harus memegang sendiri gelasnya atau menuangkannya ke mulutnya sekaligus. Majikan beranjak memasuki biliknya di sore hari setelah selesai makan dan minum. Meja dan perkakas kemudian diangkat. Semua orang yang ada di ruangan itu tidur di tanah atau di atas bangku panjang. Senjata mereka ditaruh di atas kepala mereka masing-masing karena pencuri saat itu sangat berani sehingga orang dituntut untuk selalu waspada dalam setiap waktu dan keadaan. Pada masa itu Eropa penuh dengan hutan-hutan belantara. Sistem pertaniannya terbelakang.
Dari rawa-rawa yang banyak terdapat di pinggiran kota, tersebar bau-bau busuk yang mematikan. Rumah-rumah di Paris dan London dibangun dari kayu dan tanah yang dicampur dengan jerami dan bambu (seperti rumah-rumah desa kita setengah abad yang lalu). Rumah-rumah itu tidak berventilasi dan tidak punya kamar-kamar yang teratur. Permadani sama sekali belum dikenal di kalangan mereka. Mereka juga tidak punya tikar, kecuali jerami-jerami yang ditebarkan di atas tanah. Mereka tidak mengenal kebersihan. Kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di depan rumah sehingga menyebarkan bau-bau busuk yang meresahkan. Satu keluarga semua anggotanya (laki-laki, perempuan dan anakanak) tidur di satu kamar bahkan seringkali binatangbinatang piaraan dikumpulkan bersama mereka. Tempat tidur mereka berupa sekantung jerami yang di atasnya diberi sekantung bulu domba sebagai bantal. Jalan-jalan raya tiada ada saluran airnya, tidak ada batu-batu pengeras dan lampu. Kota terbesar di Eropa berpenghuni tidak lebih dari 25.000 orang. Begitulah keadaan bangsa Barat pada abad pertengahan sampai abad ke-11 Masehi, menurut pengakuan para sejarawan mereka sendiri.
2. Dunia Islam Abad Pertengahan
Kini marilah kita beralih ke Timur, ke kota-kota besar Islam seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, Granada dan Sevilla untuk mengetahui bagaimana keadaan kota-kota ini dan bagaimana pula peradabannya. Kini marilah kita tengok kota-kota di Andalusia yang bertetangga dengan Eropa yang telah kita bicarakan.
a. Corboda
Kita mulai dengan Cordoba, kita coba memperhatikan bentuk-bentuk yang tampak, bukan segala sesuatu yang ada di situ. Di masa Abdurrahman III dari Bani Umayyah Cordoba adalah ibukota Andalus yang muslim. Malam hari kota itu diterangi lampu-lampu sehingga pejalan kaki memperoleh cahaya sepanjang sepuluh mil tanpa terputus. Lorong-lorongnya dialasi dengan batu ubin. Sampah-sampah disingkirkan dari jalan-jalan. Cordoba dikelilingi taman-taman yang hijau. Orang yang berkunjung ke sana biasanya bersenang-senang terlebih dahulu di kebun-kebun dan taman-taman itu sebelum sampai di kota. Penduduknya lebih dari satu juta jiwa (pada masa itu kota terbesar di Eropa penduduknya tidak lebih dari 25.000 orang).
Tempat-tempat mandi berjumlah 900 buah dan rumah-rumah penduduknya berjumlah 283.000 buah. Gedung-gedung sebanyak 80.000 buah, masjid ada 600 buah dan luas kota Cordoba adalah delapan farsakh (30.000 hasta). Masyarakat disitu semua terpelajar. Di pinggiran kota bagian timur terdapat 170 orang wanita penulis mushaf dengan Khat Kufi. Di seluruh Cordoba terdapat lima puluh rumah sakit dan delapan puluh sekolah. Orang-orang miskin menuntut ilmu secara cuma-cuma. Adapun mesjidnya sampai sekarang bekas-bekasnya masih merupakan bukti abadi dalam seni dan kreasi. Tinggi menaranya 40 hasta dengan kubah yang menjulang berdiri di atas batang-batang kayu berukir yang ditopang oleh 1093 tiang yang terbuat dari berbagai macam marmer berbentuk papan catur.
Di malam hari masjid itu diterangi dengan 4.700 buah lampu yang setiap tahun menghabiskan 24.000 ritl minyak. Di sisi selatan masjid tampak 19 pintu berlapiskan perunggu yang sangat menakjubkan kreasinya, sedang di pintu tengahnya berlapiskan lempengan-lempengan emas. Di sisi sebelah timur dan barat juga tampak 9 buah pintu yang serupa. Menurut sejarawan Barat mihrabnya merupakan fenomena paling indah yang terlihat mata manusia. Tidak ada dalam peninggalan manapun (entah klasik atau modern) yang melebihi keindahan dan keagungannya.
Di Cordoba terdapat istana Az-Zahra yang abadi dalam sejarah karena nilai seni dan kecanggihannya sehingga sejarawan Turki, Dhiya Pasya, mengatakan bahwa istana itu merupakan keajaiban jaman yang belum pernah terlintas imajinasinya dalam benak para arsitek sejak Allah menciptakan alam. Tidak tergambar sebuah skets pun seperti sketsnya dalam akal para insinyur sejak diciptakannya akal manusia. Kubu-kubu bangunan itu berdiri di atas 4316 tiang yang terbuat dari berbagai macam marmer yang terukir secara sistematis. Lantainya beralaskan batu-batu marmer yang berwarna-warni dengan formula yang indah. Dindingdindingnya dilapisi lempengan-lempengan lazuardi keemasan-emasan. Di serambi-serambinya terdapat mata air air tawar yang memancar dan tertuang ke kolam-kolam yang terbuat dari marmer putih beraneka bentuk, kemudian bermuara ke sebuah kolam di kamar khalifah.
Di bagian tengah kolam ini terdapat angsa emas yang di kepalanya bergantung sebutir mutiara. Ikan-ikannya beraneka macam dalam jumlah ribuan ekor. Roti-roti yang dilemparkan ke situ sebagai makanan ikan-ikan itu mencapai 12.000 potong setiap hari. Di istana Az-Zahra terdapat majelis bernama Qashrul Khalifah (semacam istana kepresidenan). Langit-langit dan dinding-dindingnya terbuat dari emas dan marmer tebal yang jernih warnanya dan beraneka macam jenis. Di bagian tengahnya terdapat sebuah kolam besar yang penuh dengan air raksa. Di setiap sisi mejelis terdapat delapan pintu melengkung yang terbuat dari gading dan kayu jati yang dihias dengan emas dan macam-macam permata yang berdiri tegak di atas lantai marmer berwarna dan kristal jernih.
Matahari masuk melalui pintu-pintu itu dan sinarnya jatuh mengenai bagian tengah majelis dan dindingdindingnya sehingga terpancar dari situ sinar yang sangat menyilaukan. An-Nasir jika ingin menakut-nakuti salah seorang anggota majelisnya ia memberikan isyarat kepada pelayan agar menggerak-gerakkan air raksa di kolam sehingga tampak dalam majelis itu kilauan sinar seperti kilat yang menggiriskan hati. Bahkan setiap orang dalam majelis mengkhayalkan mereka telah diterbangkan oleh tempat itu selama air raksa bergerak-gerak. Istana Az-Zahra dikelilingi taman-taman yang hijau dan lapangan-lapangan yang luas.
Di samping itu ada tembok besar yang melingkupi bangunan menakjubkan yang memiliki tiga ratus benteng pertengahan. Az Zahra berisikan rumah kediaman khalifah, para amir, dan keluarga. Ruangan-ruangan besar untuk singgasana raja terletak di sebuah tempat yang diberi nama Assatul Mumarrad yang memiliki kubah dengan bahan baku emas dan perak. Tetapi Qadhi Mundzir bin Sa`id menentang perbuatan khalifah itu di hadapan orang banyak di masjid Cordoba sehingga khalifah membongkarnya dan membangunnya kembali dari bata.
Di dalam Az-Zahra terdapat gedung-gedung industri dan peralatan seperti gedung industri alat perang, gedung industri busana hias, gedung industri seni pahat, ukir dan patung, dan lain sebagainya. Pembangunan Az-Zahra memakan waktu empat tahun. Rata-rata batu yang dipahat setiap hari sebanyak 6.000 buah di samping batu-batu yang dipakai untuk pengerasan lantai. Buruh yang bekerja di situ berjumlah 10.000 orang setiap hari, dibantu oleh 1400 ekor bagal, dan setiap hari dipasok 1.100 muatan bata dan gamping.
Adapun pembangunan masjid Az-Zahra setiap hari dikerjakan oleh 1000 orang tukang ahli yang terdiri dari 300 orang tukang batu, 200 orang tukang kayu, dan 500 orang buruh berikut tukang-tukang lainnya. Pembangunan itu dirampungkan hanya dalam tempo 40 hari. Ini sebuah prestasi keja kilat yang hampir tak ada bandinganya. Di istana agung inilah khalifah Al-Mustansir (tahun 351 H) menyambut raja Spanyol Kristen, Ardoun Alfonso. Ketika memasuki Az-Zahra raja Spanyol itu tercengang melihat kemegahan dan keagungan istana tersebut, begitu pula ketika melihat para pelayan, laskar dan senjata-senjatanya. Ia lebih tercengang lagi tatkala berada di majelis (singgasan) khalifah Al Mustansir. Ia melihat khalifah didampingi para bangsawan, pembesar kerajaan, tokoh-tokoh ulama, khatib dan panglima-panglima besar. Ketika raja Spanyol menghampiri khalifah Al Mustansir ia melepas topi dan mantelnya dan tetap dalam keadaan demikian sampai khalifah mengijinkannya mendekat. Tatkala menghadap khalifah ia merebahkan diri bersujud sesaat kemudian berdiri tegak, lalu maju bebarapa langkah dan kembali bersujud. Itu dilakukannya berulang-ulang sampai ia berdiri di hadapan khalifah. Kemudian membungkukan lagi untuk mencium tangannya.
Setelah itu ia pun mundur kembali ke belakang tanpa membalikkan badan membelakangi khalifah, lalu duduk di kursi yang telah disediakan. Khalifah menyampaikan ucapan selamat datang kepadanya dan berkata,”Hendaklah kedatangan Anda menyenangkan Anda. Disini Anda akan mendapat perlakuan yang baik dan penerimaan yang lapang dari kami melebihi apa yang Anda harapkan”. Tatkala ucapan khalifah diterjemahkan kepadanya, wajahnya berseri-seri. Ia lalu turun dan mencium permadani sambil berkata,”Saya adalah hamba Tuanku, Amirul mukminin. Saya bersandar pada keutamaan Tuan menuju kemuliaan Tuan, bertahkim kepada Tuan dan orang-orang Tuan. Dimanapun Tuan meletakkan saya karena keutamaan Tuan dan mengganti saya karena perintah Tuan. Saya tetap berharap bisa maju di barisan dengan ikhlas dan nasihat yang murni”. Khalifah berkata kepadanya,”Anda layak mendapat perlakuan baik kami. Kami akan memprioritaskan dan mengutamakan Anda atas para pemeluk agama Anda terhadap hal-hal yang menyenangkan dan membuat Anda dikenal karena kecondongan Anda kepadanya kami dan keinginan Anda berlindung di bawah naungan kekuasaan kami”.
Pernahkah Anda mendengar bagaimana kata-kata keagungan dan kekuatan itu keluar dari mulut khalifah Al Mustansir kemudian didengar oleh raja Spanyol yang telah memahaminya ia dengan serta-meta bersujud lagi dan berdo`a dengan khusyuk karena kasih sayang dan perlindungan yang diberikan khalifah kepadanya?
Kisah diatas merupakan sejarah peradaban Islam di Cordoba, untuk mengetahui sejarah peradaban Islam lainnya seperti Faktor-Faktor yang Menjadikan Peradaban Islam`Unik`, Pengaruh Abadi Peradaban Islam di Dunia, Prinsip Toleransi Beragama Dalam Peradaban Islam, Moral Perang Dalam Peradaban Islam, Badan-Badan Sosial Yang Dibentuk Peradaban Islam, Sekolah dan Lembaga Keilmuan Yang Dibangun Peradaban Islam, Rumah Sakit dan Lembaga Kedokteran Di Masa Kejayaan Islam, Perpustakaan Dalam Peradaban Islam, Majelis dan Forum Keilmuan bisa didapatkan dengan mengunduh dokumen di bawah ini, selamat membaca 😊